Halaman

Entri Populer

Cerpen

HUTAN KEJUTAN

Oleh : Miftakhul. U

Perkemahan akhir tahun memang menjadi kegiatan yang menarik untuk diikuti. Tapi tidak untuk yang kali ini. Tampaknya ini akan menjadi mimpi burukku. Bukan hanya aku, bahkan teman-temanku juga.. mereka akan mengucapkan seratus kali “tidak” . untuk kegiatan penutup tahun itu.
“Pokoknya aku nggak bakal ikut acara ini,” sergahku kesal.
“Tapi kalau nggak ikut kita nggak bakal lulus Lif,” timpal Mita. Kugaruk garuk rambutku yang tidak gatal. Ya, perkemahan yang akan kami ikuti tampaknya bakalan ramai. Ramai karena para murid yang berteriak atau memekik. Tujuan perkemahan tahun ini adalah hutan camar. Tetapi jangan sangka kami akan melihat banyak camar yang berterbangan. Nama itu hanya ilusi. Cocoknya kuberi nama hutan hantu. Memang aku belum pernah kesana. Tapi mitos dan cerita cerita yang kudengar tentang hutan itu telah melapukkan nyaliku.
“Yee, si Olif pasti udah depresi berat tuh. Jangankan masuk hutan, masuk wc sendiri aja nggak berani,” gumam Nina. Seketika ketiga temanku tertawa mengejekku. “Eh, apa apaan kamu Nin, aku tuh nggak pernah takut sama hutan. Waktu itu aku hanya, aku hanya…,” aku langsung gelagapan. Saatnya menunjukkan bakatku dalam mencari-cari alasan, tetapi Yuri memotong penjelasanku. “Oliiiiif….,” Yuri menyibakkan rambut panjangnya ke depan wajahnya sembari menyeringai padaku dengan suara paraunya, sehingga mirip hantu kuntilanak. “Hahaha…,” lagi-lagi ketiga temanku tertawa bebarengan. Hari ini aku benar-benar jadi sumber hiburan. Mau tak mau aku harus mengumpulkan nyali nyali kecilku yang berserakan untuk mengatakan, “Aku nggak percaya cerita-cerita hantu itu. Aku akan taklukkan hutan camar!” seruku dengan lantang seperti tanpa beban. Sejenak teman-temanku terdiam. Tapi kemudian mereka memulai paduan suara lagi. Kali ini tawa mereka bahkan lebih keras. “Huh,” sergahku.
Walau aku tahu kami berempat sebenarnya menyimpan ketakutan yang sama, tetapi kami selalu bisa menutupinya atas nama gengsi. Hanya aku yang terlihat paling naïf, mereka bilang wajahku mencerminkan rasa takut. Teman-temanku telah pulang, kusingkirkan gelas dan makanan kecil dari teras rumahku. Kubenarkan letak bandoku yang agak miring ke kanan. Segera kuraih tas ranselku dan mempersiapkan segala amunisi yang kuperlukan untuk perkemahan yang tak pernah aku harapkan ini.
Malam harinya aku tak bisa tidur nyenyak. Setiap mataku terpejam, yang tampak adalah sosok-sosok hantu yang biasa aku tonton di televisi.
Dan mataharipun telah menyingsing ketika kubuka mataku. Aku segera siap-siap sebelum waktu keberangkatan. Setelah jarum jam menunjukkan pukul tujuh, kini saatnya kulangkahkan kakiku menuju SMP 89 dengan perasaan yang campur aduk.
“Hahaha, itu dia si gadis penakut,” ketiga sahabatku langsung menyambutku dengan celotehan mereka yang membuatku ingin mencubit mereka. “Oke, oke, kita akan buktikan siapa diantara kita yang paling penakut,” gumamku. Yuri tampak bergidik. digigitnya bibir bawahnya. “Semula aku kira kakak-kakak panitia itu hanya berbohong, tapi melihat ekspresi mereka tadi kayaknya itu bakalan sungguhan,”
“Eh, apanya yang sungguhan?” tanyaku penasaran. “Bahwa regu kita akan melintasi area pemakaman kuno di hutan,” kata nina. “Satu persatu secara bergiliran,” timpal Mita. Tiba tiba jantungku berdentang keras, keringat dingin berlinangan. “Kenapa, kenapa harus regu kita?” tanyaku tergagap. “Ini adalah tes Uji nyali. Setiap regu mendapat tempat yang berbeda beda berdasarkan undian. Sialnya kita dapat yang paling angker,” Jelas Mita.
Akhirnya bis yang kami tumpangi benar-benar meluncur ke hutan camar. Selama perjalanan aku tak mengeluarkan sepatah katapun. Jantungku yang menggantikanya dengan dentumannya yang keras. Tak berapa lama kemudian bus kami telah menginjakkan roda di tempat tujuan. wilayah yang kami tapaki terasa mengancam dengan semak belukar lebatnya yang jadi habitat para kobra beranak pinak. “Lihatlah, kita benar-benar berada di tempat angker ini. Sulit dipercaya,” kataku lemas. Pada siang hari hutan ini memang terlihat biasa-biasa saja. Kamipun melakukan aktifitas-aktifitas kemah sperti biasa. Saat malam tiba, keadaan berubah 180 derajat. Udara berubah dingin, dengan suasana mencekam khas hutan.
Acara Uji nyali yang tidak pernah kami harapkanpun telah sampai pada waktunya. Langitpun ikut mendukung suasana tambah mencekam dengan menyembunyikan permata bintang-bintangnya. Sekarang aku, dan ketiga temanku yang akan jadi rivalku telah sampai di makam angker. “Yang menjerit sekecil apapun kalah, dan akan dianggap penakut seumur hidup,” gumam Nina. Mereka bertiga tampaknya santai-santai saja. Hanya aku yang terlihat ragu. Kakak pemandu segera menjelaskan arah dan menentukan giliran. Mula-mula Yuri, Mita, dan Nina. Mereka bertiga telah masuk secara bergiliran. Dan tidak ada tanda-tanda teriakan. Tibalah giliranku. Dengan langkah berat kugerakkan kakiku perlahan-lahan. Tatapanku lurus. Aku tak berani menatap nisan-nisan yeng bisa memancing teriakan. Jantung berdegup keras, bulu kuduk berdiri, keringat dingin…., sempurna sekali. Ini benar-benar hari buruk dalam hidupku. Aku tak akan pernah mengingatnya..!
Aku mencoba tetap rilex, kunyanyikan lagu-lagu hits yang sering nongol di MTV untuk mengusir merindingku. Dan nyanyianku berakhir ketika ada sesuatu yang menarik lenganku dari belakang. Jeritanku pun tak terbendung lagi. Kupandangi sosok yang menarikku. Jantungku berdegup tak karuan. Mataku menganga lebar, tenggorokanku terasa tersumpal benda keras sehingga tak mampu teriak lagi. Sosok hantu sunder bolong itu menatapku dalam. Mulutnya komat kamit seakan ingin mengungkapkan sesuatu.
“Surprise…,” itulah kata yang keluar dari seuara paraunya. Tiba-tiba terdengar sorakan anak-anak lain disekelilingku. Suasana hening nan mencekam sontak berubah gegap gembita. Tak terasa aku mendapati Mita dan Nina di sampingku. Dan sunder bolong itu kembali bergumam. “Apa kau lupa hari apa hari ini, Kau akan terus mengingatnya,”
“Ahhh, kamu….!” Seruku kaget mengetahui Yuri yang bersembunyi di balik busana putih itu. “Selamat ulang tahun,” kata itupun meletus bersama tenangnya hatiku. Bahkan aku sendiri sampai lupa. Ternyata aku harus mengingat hari ini…
Hari keberuntunganku… ^_^